Thursday, December 17, 2015

Pengalaman Dicolok Dokter Bule (1/3)

Haha. Gue bingung mau tulis judul apa. Dicolok maksud gue seperti fingering gitu lah, intinya dilakukan pemeriksaan fisik.

Ceritanya udah seminggu pantat gue rasanya ga enak banget, kayak ada aneh. Perasaan gatel dan rasanya pengen dianal. Tapi gue biarin aja, sampai suatu saat waktu gue buang air besar keluar darah netes tuh dari dubur. Njir, gue langsung kringet dingin. Ada apa ini? Otak gue langsung berusaha mengingat akhir-akhir ini gue makan apa ya? Masa gara-gara anal seks sih, padahalkan terakhir gue dianal 3 bulan yang lalu. Hmmm... Kali aja efeknya baru terasa. Perasaan makin kalut.



Setelah rasa penasaran pun makin menjadi-jadi, buka laptop dan langsung masukkan kata kunci keluhan gue. Baca beberapa hasil pencarian di mesin pencari bikin makin dag-dig-dug. Beberapa hasil mengatakan kalau ini ada penyakit yang gue sama-sekali ga pernah denger, duh jangan-jangan penyakit seks dan berbahaya. Putus asa dengan artikel dalam bahasa Inggris akhirnya gue putusin untuk cari artikel dalam bahasa Indonesia. Akhirnya paham dengan apa yang disebut hemorrhoids dalam bahasa kita adalah wasir. *tepok jidat*. Nah inikan penyakit aki-aki, keinget dulu bokap pernah punya penyakit ini.

Setelah menerawang beberapa hari kebelakang gue baru sadar kalau pola makan gue ga sehat banget. Makanan gue kebanyakan karbohidrat dan lemak, semuanya digoreng. Sudah tepat tiga bulan ini gue ga makan buah sama sekali. Gue juga makin jarang minum air mineral karena sudah memasuki musim dingin dan bikin males minum air. Tiap hari gue minum coca-cola atau schip schwap dimana semua itu tergolong minuman berkarbonasi.

Tangga 4 Desember gue nekat periksa lebih lanjut supaya lebih jelas. Karena ga punya ide harus pergi ke dokter spesialis apa, akhirnya gue pilih untuk pergi ke dokter umum dulu. Setelah cari di aplikasi yang namanya Artsuche, gue nemu dokter umum atau Hausarzt biasanya di papan petunjuk dokter itu akan tertulis nama Allgeimeinarzt. Gobloknya waktu itu gue salah baca lantai, yang harusnya lantai dua, gue pikir lantai satu. Gue ngantri di lantai satu dan jalan aja lurus tanpa lihat papan dokter itu, dan ketika gue ngomong ini itu si asisten dokter ngomong, "Anda tahu kan sekarang anda sedang berada di dokter akupuntur?" Njir gue langsung malu dan naik satu lantai lagi seperti yang dikatakan cewek itu. Sesampainya di lantai dua, gue langsung ngomongin keluhan yang gue alami dan disuruh nunggu sekitar sejam. Salah sendiri sih, harusnya gue telepon dulu tadi dari rumah dan bikin janji dulu, biar ga perlu buang waktu di ruang tunggu dokter yang bikin mati kutu.

Setelah bosen lihat muka (sesama) orang sakit di ruang tunggu selama 1,5 jam, akhirnya gue masuk ke ruang dokter. Dokternya tua banget, kayak mau mati. Gimana tidak, itu dokter gendut, botak, batuk-batuk, dan mata sebelah kayak gimana gitu. Itu dokter kok bisa ga keurus gitu ya raganya. Hahaha. Jadi curiga akan kemampuannya.
Sumber gambar: Link
Bener aja, setelah nunggu selama itu si dokter nanya, " Kamu dari mana?". Gue jawab, "Saya dari Indonesia." Dia langsung nanya balik apakah kalian (orang Indonesia) suka makan makanan pedas. Dalam hati, njir ya kan ini pasti gara-gara gue kebanyakan makan sambel trasi. Hahaha. Niat gue padahal cuma mau ngabisin sambel trasi saset merk Finna yang biasanya ada di Indomaret. Dia juga bilang sialakan minum banyak air mineral minimal 2 liter sehari, makan buah-buahan bukan pisang, dan tentunya jangan makan pedas lagi. Trus biasalah gue nanya, "Apakah penyakit ini berbahaya?". Setelah diterangkan ternyata gue disuruh untuk ke dokter spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di meja depan si asisten dokter cewe Eropa Timur tua (ga banget deh) ngasi gue surat rujukan ke dokter spesialis namanya Uberweisung. 

No comments:

Post a Comment